Minggu ini
adalah minggu terakhir kami mendapatkan pelajaran, karena minggu depan kami
sudah menghadapi Ujian Akhir Sekolah (UAS). Oh ya aku belum ngenalin diri, nama
aku Gita, aku anak kelas X-I, aku punya sahabat namanya Citra, kami sudah
sahabat-an lama hamper kemana-pun kami selalu bersama. Pada saat semester ternyata kami satu kelas dengan kelas XII IPS
D, aku senang sekali karena di kelas itu ada cowok yang aku taksir, namanya kak
Dimas.
Selang beberapa
hari kemudian, malamya aku belajar karena besok akan UAS, dan agar aku dapat
mengerjakan ulangan dengan lancer dan mendapat nilai baik. Aku sudah nggak
sabar nunggu besok, pengen banget rasanya cepet-cepet satu kelas sama dia, aku
sudah ngantuk banget dan aku putuskan untuk tidur.
Paginya aku
langsung siap-siap berangkat sekolah. Aku janjian sama Citra diperempatan
sekolah buat berangkat bareng. Sampai disekolah aku langsung mencari kelasku
dan langsung duduk di depan kelas lalu
belajar pelajaran yang akan diujikan. Aku sedih karena nggak satu kelas sama
Citra, tapi sedihku terobati karena aku
satu kelas sama kak Dimas. Bel
berbunyi, aku mencari tempatduduk dan satu bangku dengan anak perempuan yang
bernama mbak Rena, padahal aku berharap bisa
satu bangku dengan kak Dimas. Lalu aku melanjutkan mengerjakan ulangan.
Setelah semua selesai, kami pun keluar.
Saat istirahat
aku pergi ke koperasi bersama teman-temanku, dan saat kembali aku berpapasan
dengan kakak kelas yang juga satu rungan denganku. Aku melihatnya sampai terbengong-bengong
dan aku sampai berkata dalam hati,”Masyaallah ganteng bangeeettt!”. Aku
berhenti di tempat hingga Citra mengagetkanku,
"Eh Git loe lihatin
apaan sich sampek segitunya?”
“Enggak ada kok,” aku
berbohong kepada Citra.
“ Ooo... ya udah, yuk nanti keburu bel
masuk lagi.”
“Ok…..”
Kami pun duduk didepan kelas
sambil memakan cemilan yang kami beli dari koperasi. Bel masuk berbunyi kami
langsung masuk ke kelas kami masing-masing dan mulai mengerjakan soal. 2 jam
telah berlalu, waktu untuk mengerjakan telah habis, karena hari pertama hanya 2
mata pelajaran jadi kami langsung pulang. Aku pulang bersama Citra, aku
menunggunya di depan perpustakaan dan saat itu aku berpapasan lagi dengan kakak
kelasku yang tadi. Lalu tiba-tiba Citra mengagetkanku dari dari belakang.
“Hayo,,, lagi ngapain loe….?”
“Ah loe nie ngagetin aja.”
“Lihatin apaan sich serius banget?” kata Citra
menggoda.
“Enggak lihatin apa-apa kok!” jawabku denagn
nada gugup.
“Halah nggak usah bohong , loe lihatin dia
kan? Ngaku aja dech!” sambil menunjuk kearah kakak itu.
“ Apaan sich, enggak kok!”
“Loe nie pakek bohong segala, gue kan tahu loe
kayak apa. Lagian gue tahu siapa dia!”
“Haaah...... serius loe, siapa siapa?” tanyaku
tak sabar.
“Cieee.... semangat banget sich, ya dech gue kasih
tahu. Dia itu namanya Alex Saputra, panggilanyya kak Alex, dia itu tetangga gue
lagi.
“Wah
serius loe?”
“
Hemmm...tadi aja bilang enggak, mau gue kenalin nggak?”
“Emmt...
gimana ya, tapi gue malu!”
“Halah
pakek malu segala, gak usah malu lagi, mau nggak?”
Aku nggak jawab karena aku
bingung, sebenarnya aku pengen banget kenalan sama dia, tapi disisi lain aku
nggak berani dan malu.
Dihari berikutnya, tiba-tiba
Citra menarik tanganku dan membawaku menemui kak Alex.
“Kak
Alex....” panggil Citra.
“Iya...”.
“Ada
yang mau kenalan nie sama kakak”.
“Eh
Cit loe apa-apaan sich, loe udah gila ya?” kataku sambil mencubit Citra.
“Aduh,
udah diem aja”.
“Siapa
Cit?” tanyanya
“Nie
kak ada temenku yng mau kenalan sma kakak, boleh kan kak?”
“Boleh
aja kok.”
“Kakak
dulu dech yang ngomong, soalnya dia agak pemalu.” kata Citra pada kak Alex agak berbisik.
“Iya
dech, hai dek nama kakak Alex, kamu?
“Aku......aku
Gita kak”, katku agak gemetar.
“Aduh
tangannya dingin banget sich, nggak usah gugup gitu donk dek, biasa aja,,,”
Aku tersenyum malu mendengar
kata-kata kak Alex sedangkan Citra tertawa pelan melihatku yang sedang gugup.
Tiba-tiba Citra menyambung, “Oh ya kak di nie suk...”,
Aku
membungkam mulut Citra dengan tanganku sebelum dia selesai bicara karena aku
tahu pasti Citra akn bicara kalau aku suka sama kak Alex, tapi dia masih aja
nyerocos.
“Maaf
ya kak dia sukanya ngomong yang aneh-aneh, kita pergi dulu ya kak”.
“Iya”.
“Permisi
ya kak,” aku pergi sambil tanganku masih membungkam mulut Citra.
Aku membawa Citra ke toilet agar
tidak ada orang.
“Eh
Cit loe bener-bener udah gila ya?” protesku.
“Loe
nie apa-apaan sich, gue nggak bisa nafas tahu”.
“Loe
tuh cari perkara duluan”.
“Gue
kan cuma ngenalin loe sama dia, eman nggak boleh apa?” tanyanya bingung.
“Bukan
itu masalahnya tembem”.
“Enak
aja loe ngatain gue temben, imut-imut gini dikatain tembem. Trus apa
masalahnya?” sambil memegangi pipinya.
“Loe
tadi mau bilang kan kalau gue suka sama dia.”
“Hehehe...Iya,
trus kenapa?”
“Udah
ah ribet ngomong sama loe! Trus ngapain loe ketawa segala?” tanyaku.
“Hahaha.....
habis lucu sich....!”kata Citra.
“Apanya
yang lucu, gue udah gemeteran gitu di bilang lucu!” aku pun pergi dan Citra
memanggilku tapi tidak aku hiraukan.
“Git
Gita, ah loe nie nggak asik!”
Saat pulang sekolah aku masih agak
jengkel sama Citra, lalu dia menghampiriku untuk minta maaf.
“Git...
maafin gue donk, gue kan Cuma mau
bantuin loe...”
“Tapi
nggak gitu juga kan caranya?”
“
Trus gimana donk?” tanya Citra bingung.
“Tau
ah, capek gue ngomong sama loe!” kataku sinis.
“Git
loe masih marah ya sama gue, jangan marah gitu donk gue kan jadi nggak enak.”
Aku jadi nggak tega lihat Citra
kayak gitu, dia kan sahabatku yang paling baik.
“Ya
udah dech gue maafin, tapi loe jangan tidur lagi ya.” jawabku dengan nada
peringatan.
“Ok
Boss.....” jawab Citra semangat.
Saat aku berjalan pulang bersama
Citra kami bertemu dengan kak Alex yang sedang duduk di loby sekolah. Kami
melewatinya tapi aku bersembunyi di samping Citra karena aku malu dengan
peristiwa tadi pagi.Citra menyapanya dan dia tersenyum pada kami,
“Permisi
kak....,” aku menarik tangan Citra agar berjalan cepat dan menghindar dari kak
Alex. Aku cepat-cepat pulang agar tidak bertemu lagi.
Sampai dirumah aku langsung
membaringkan tubuhku ke tempat tidur, capek banget rasanya melewati hari-hari
yang penuh dengan ketegangan. Setelah beberapa menit istirahat akhirnya lelahku
hilang juga, lalu aku menyalakan laptop warna unguku dan membuka facebook.
Sudah 3 hari aku tidak membuka facebookku, setelah aku buka ada banyak
permintaan pertemanan , dan setelah aku lihat satu-per satu ternyata ada nama
“Alex Saputra”, aku bergumam dalam hati, “Apa ini kak Alex? Dia nge-Add aku?
Aduh senangnya. Tapi tunggu ini kok tanggal 16 itu kan kemarin, perasaan aku
kenalan sama ka Alex baru tadi pagi dech. Aneh banget!
Udah ah biarin, yang penting dia kan udah
nge-Add aku.” kataku sambil senyum-senyum sendiri.
Keesokan harinya, seperti biasa
aku janjian sama Citra buat berangkat bareng. Setiba di sekolah bel masuk
langsung berbunyi, beruntung kami tidak terlambat masuk, lalu aku masuk
keruanganku dan Citra masuk keruangannya, untung saja tadi malam kami belajar
jadi dapat mengerjakan dengan tenang. Tak terasa waktu 2 jam telah usai,
akhirnya kami langsung keluar dan menuju ke taman sekaligus untuk belajar. Saat
kami duduk dibangku taman, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami dan
dia langsung berkata :
“Hai
Citra, lagi ngapain?” ternyata dia adalah Dion, anak kelas XI yang menyukai
Citra tapi Citra selalu saja cuek.
“Lagi
belajar lah,” jawab Citra dengan ketus.
“Oh
iya ya,” kata Dion agak garing sambil garuk-garuk kepala.
“Cieee...Dion....
perhatian banget sich sama citra!”kataku menggoda.
“hehehe...”
Dion tersenyum agak malu-malu kucing.
“Ya
udah Cit, Git aku pergi dulu ya mau gabung sama anak-anak!” kata Dion sembari
pergi menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul didepan kelasnya.
“Ya, ” jawab Citra
layaknya tak perduli.
“Ok,” jawabku juga.
Setelah
Dion pergi Citra langsung memarahiku.
“Apaan sich
loe Git, nggak lucu tahu nggak!” kata Citra protes .
“Loe kok
jadi marah-marah gitu sich?”
“Gimana gue
nggak marah, loe ngapain tadi ngomong begitu segala?”
“Kenapa
sich Cit, Dion kan anaknya baik!” kataku.
“ Tapi gue
nggak suka sama dia!”
“Lagian
kayaknya dia juga tulus suka sama loe.”
“Udah ah
terserah loe mau bilang apa,” jawab Citra.
“ Jangan
gitu donk, ya udah dech gue minta maaf
ya?”
“He’em,”
jawab Citra sambil melanjutkan membaca.
”Eh Cit ada
yang mau gue tanyain nie sama loe!” kataku.
“Nanya
apa?” tanya Citra.
“Soal ka
Alex, kemarin kan loe bilang nama kak Alex itu Alex Saputra kan?” kataku.
“Iya,
emang kenapa?” tanya Citra lagi.
“Kemarin
gue buka facebook gue, trus ada yang nge-Add gue namanya Alex Sputra, apa itu
kak Alex?” tanyaku penasaran.
“Kemungkinan
besar sich itu emang kak Alex, Soalnya lusa waktu loe belum kenalan sama dia,
dia sempet nanya nama loe ke gue!”
“Nanya nama
gue? Buat apaan?” tanyaku penasaran.
“ Ya, mana
gue tahu! Orang gue nggak nanya, dia suka sama loe kali!” Jawab Citra.
“Hahh..ada-ada
aja sich loe, tapi kalau emang beneran sich nggak apa-apa! Ya udah dech semoga
aja itu bener-bener dia!” kataku.
Setalah beberapa menit
bel pun berbunyi, saatnya berfikir kembali untuk mengerjakan ulangan. Didalam
kelas kak Alex sering sekali melirikku dan terkadang dia tersenyum kecil
padaku. Aku sempat salah tingkah lalu ku usahakan diriku untuk tenang. Setelah
bel tanda selesai berbunyi, kami langsung mengumpulkan ulangan dan keluar dari
ruangan. Aku dan Citra langsung menuju ke taman dan duduk di bangku taman.
Ketika kami sedang asyik membaca kami melihat Dion dan teman-temannya sedang
bersama Vita. Aku berkata pada Citra :
“Eh Cit itu kan Dion, kok sama
Vita!”
“Kenapa hati gue sakit ya ngelihat
mereka berdua, apa gue...? Enggak, gue kan nggak suka sama Dion!” kata Citra
dalam hati.
“Woy Cit loe kenapa? Loe cemburu
ya ngelihat mereka berdua? kataku menggoda.
“Haaaa.... cemburu, loe bercanda apa, ya enggaklah! Udah-udah nggak usah di bahas
lagi.” lalu kami melanjutkan membaca sampai bel masuk berbunyi, dan seperti
biasa kita masuk ke kelas masing-masing.
Setelah selesai
mengerjakan, guru penjaga/pengawas meminta kami membantu mengoreksi/memeriksa
hasil ulangan kelas lain. Kami masing-masing mengambil lembar jawanban yang akn
dikoreksi dimeja guru lalu kembali duduk. Aku melihat kak Alex sedang berbicara
dengan mbak Rena dan tiba-tiba kak Alex duduk di sampingku, aku kaget setengah
mati, dan dia berbicara :
“Hai dek....!” sapanya terlebih
dahulu.
“Hai kak...!” sapaku juga.
“Kakak udah nge-Add facebook kamu
kan?”tanya kak Alex.
“Iya kak, udah!” jawabku.
“Terima kasih ya udah di
konfir!”katanya lagi.
“Iya kak sama-sama.” jawabku
dengan tenang. Lalu aku melanjutkan mengoreksi.
Setelah selesai, aku keluar
dan melihat Dion menghampiri Citra yang sedang duduk di taman menungguku, aku
membiarkannya dan menunggu di depan kelas.
“Hai Cit...” sapa Dion.
Citra tidak menghiraukannya dan
langsung pergi meninggalkan Dion, tapi Dion mengejar dan mencegahnya pergi.
“Citra tunggu, kenapa sich kamu
jutek sama aku?” tanya Dion.
“........” tak ada jawban dari
Citra.
“Kok kamu diem aja, jawad donk
Cit?” tanya Dion lagi.
“Gue nggak suka sama loe, trus
kenapa? Lagian gue juga nggak mau di sebut sebagai pengganggu!” jawab Citra
pelan.
“Pengganggu? Pengganggu apa
maksud kamu?” tanya Dion bingung.
“Loe kan lagi deket sama Vita,
dia juga suka banget sama loe, jadi ya gue nggak mau ganggu hubungan kalian
berdua!” jawa Citra.
“Ooo... jadi kamu cemburu?” kata
Dion GR.
“Idih GR banget, ngapain gue
cemburu sama loe, gue nggak mau aja di bilang pengganggu hubungan orang!”
“Ya Ampun Citra, Oke Vita emang
suka sama aku, tapi ap aku juga harus suka sama dia? Enggak kan? Toh aku
sukanya kan sama kamu!” kata Dion menjelaskan pada Citra.
“...........” Citra terdiam
mendengar perkataan Dion.
“Kok kamu diem aja? Gimana?”
tanya Dion.
“Udah ah gue pusing, mau pulang!”
jawab Citra.
“Mau aku anter?” kata Dion
menawarkan.
“Nggak usah, makasih.” Jawab
Citra sinis.
Citra pergi dan menarik tangnku untuk pulang, tapi Dion
tetap berbicara sambil berteriak sampi[ai muri-murid yang ada di sekitar situ
melihatnya semua.
“Cit, aku akan tetep nunggu kmu
sampi kamu sipa nerima aku, sampai apan pun!” ucap Dion
“Udah gila kali tu anak!” gerutu
Citra sambil menutup telingannya.
Sampai di luar kami berpisah,
karena kami tidak membawa motor, dan aku pulang membonceng tetanggaku sedangkan
Citra jalan kaki, kasihan banget aku lihat dia jalan kaki sendirian lagi. Di
perempatan aku melihat kak Alex boncengan sama cewek, dan setelah aku lihat
ternyata cewek itu adalah Citra.
“Apa gue nggak salah lihat, cewek itu Citra? Tega
banget sich dia sama aku!” kataku dalam hati.
Di rumah aku masih inget
kejadian tadi, bahkan aku sampai netesin air mata, nggak nyangka aja mereka
setega itu sama aku. Kemudian aku tidur karena nggak mau sedih terus.
Pagi harinya kau
terbangun oleh jam wekerku yang sudah berbunyi. Aku sengaja berangkat sekolah
agak siang agar nggak bareng sama Citra. Sampai di sekolah Citra menghampiriku.
“Gita loe kemana aja sich gue
tunggu dari tadi, gue kira nggak masuk!” kata Citra.
Aku nggak menghiraukan Citra dan
aku jalan terus kemudian duduk di sebelah Afi.
“Tuh anak kenapa sich, nggak
biasanya dia kayak gitu.” kata Citra.
Bel masuk berbunyi, aku
langsung masuk ke kelas tanpa menghiraukan Citra. Saat mengerjakan entah kenapa
aku jadi nggak konsen ngerjain ulangan dan jadi kebingungan sendiri, padahal
ini kan pelajaran Penjaskes/Olahraga dan menurutku pelajaran ini tidak begitu
sulit, mungkin karena kepikiran kak Alex so’al yng kemarin.
3 hari kemudian, aku melihat Citra yang
berjalan menghampiriku.
“Gita, gue mau ngomong sama loe!”
ucap Citra.
“Ngomong apaan?” tanyaku.
“Kenapa sich loe tiba-tiba jadi
jutek gitu sama gue?” kata Citra.
“Nggak ada apa-apa!” jawabku
sambil membaca buku.
“Serius?” tanya Citra.
“Iya,” jwabku lagi.
“Ooo ya udah, Oh iya Git gue mau
bilang sesuatu sama loe!”
“Apa?”
“Gue kamarin kan pulang bareng
kak Alex, trus dia ngajak gue pulang bareng selama gue nggak bawa motor,
soalnya rumah gue kan deket sama rumah kak Alex, boleh kan Git?” jelas Citra.
“Oh jadi itu alasan Citra pulang
sama kak Alex. Ya Allah aku udah salah sangka sama mereka!” kataku dalam hati.
“Git kok loe diem aja, loe marah
ya?” kata Citra.
“Nggak apa-apa kok, maaf ya gue
udah salah fahm sama loe!” kataku sambil menutup buku yang aku baca.
“Tunggu tunggu, maksud loe?”
Citra berfikir sejenak lalu berkata lgi.
“Oh gue ngerti, jdi loe tadi cuek
sama gue gara-gara itu?” kata Citra.
Aku mengangguk dengan ragu.
“Ya udah nggak apa-apa, gue
ngerti kok, yang penting mulai sekarang kita harus saling jujur dan yang paling
penting harus saling percaya. Oke?” ucap Citra.
Aku mengangguk tanda mengerti
sambil tersenyum pada Citra.
“Oh ya Cit kayaknya nanti gue
pulang sendiri dech, soalnya tetangga
gue mau jenguk temennya yang lagi sakit.” Jelasku.
“Emm.... ya udah nanti gue cariin
temen buat pulang bareng.” Jabwab Citra.
“Siapa?” tanyaku.
“Belum tahu sich!” jawab Citra
lagi.
Saat istirahat jam kedua,
aku melihat Dion bersama Citra dan aku membiarkan mereka berdua di taman.
“Hai Cit..., Udah tenang aja aku
nggak akan ngungkit hal itu lagi kok!” jawab Dion.
“Trus loe ngapain kesini?” tanya
Citra.
“Aku Cuma pengen deket aja sama
kamu!” jawab Dion.
“Ada-ada aja dech.” kata citra
jengkel.
“Oh iya Cit, aku lihat kamu nggak
bawa motor ya? Aku boleh nggak nganterin kamu pulang?” pinta Dion.
“Nganter pulang?” tanya Citra agk
ragu.
“Iya, nganter pulang!” jelas
Dion.
Citra berfikir sejenak.
“Emmt... boleh dech, tapi beneran
loe ya jangan bohong!” kata Citra.
“Beneran nie? Yes..yes..yes..”
tanya Dion tak percaya lalu melompat kegirangan.
“Loe malu-maluin aja, apa loe mau
gue berubah pikiran?” kata Citra.
“Eh enggak enggak ...!
jawab Dion.
“Ya udah nanti gue tunggu
di parkiran, jangan lama-lama!” kata Citra.
“Oke tuan putri, ya udah
aku balik ke kelas dulu ya!” kata Dion.
“Tuan putri? Ada-ada aja
dech tuh anak!” kataku sambil tersenyum.
Setelah
bel pulang berbunyi, Citra langsung mangajakku menuju parkiran. Beberapa menit
kemudian Dion datang.
“Lama banget sich?”
protes Citra.
“Maaf, baru keluar!
Yuk...!” ajak Dion.
“Loh mau kemana?”tanyaku
penasaran.
“Mau nganterin Citra
pulang!” jawab Dion.
“Ooo... jadi kalian berdua
pulang bareng? Jangan-jangan udah jadian ya!” tanyaku menggoda.
“Eh eh nggak, kata siapa,
jangan ngarang dech!” jawab Citra,
“Oh kirain!” kataku.
“Itu dia kak Alex, tunggu
bentar ya!” kata Citra pada Dion.
“Ya udah aku ambil motor
dulu ya.” Kata Dion.
“Ayo Git loe ikut gue!”
ucap Citra sambil menarik tanganku.
“Kak Alex...” teriak
Citra memanggil kak Alex.
“Eh Citra, pulang yuk.”
Kata kak Alex.
“Kak aku boleh minta
tolong nggak?” tanya Citra.
“Minta tolong apa?”
“Kakak mau nggak
nganterin Gita pulang, kasihan kak dia pulang sendiri!” jelas Citra.
“Nggak usah nggak usah,
nggak apa-apa kok gue pulang sendiri!” tolakku.
“Udah nggak apa-apa.”
“La
terus kamu pulang sama siapa, kan kamu juga jalan kaki sendiri?” tanya kak
Alex.
“Tenang
aja, aku pulang sama..tuh.....!” kata Citra sambil menunjuk ke arah Dion yang
mengendarai motor menuju ke arah mereka.
“Sama
Dion?” tanya kak Alex.
“Iya.”
Jawab Citra.
“Kalian
berdua udah jadian ya?” tanya kak Alex terkejut.
“Heh...enggak
enggak....kok semuanya pada ngirain kita jadian sich?” protes Citra.
“Habis
cocok sich, ya kan kak!” kataku menggoda.
“Iya,
kamu bener.” Jawab kak Alex.
“Ini
lagi, bukannnya bantuin malah senyum-senyum nggak jelas!” protes Citra pada
Dion yang dari tadi hanya senyum-senyum kegirangan.
“Kalo
Dion mah nggak akan protes, dia malah kesenengan di bilang gitu, itu kan memang
harapannya dari dulu dulu, ya nggak?” kata Gita sambil melirik kearah Dion.
“Udah
udah, mau nggak kak?” tanya Citra.
“Iya
kak anterin, tapi beneran loh ya kamu
pulang sama Dion?” tegas kak Alex.
“Iya
kak, kalau nggak percaya tanya aja sama anaknya?”
“Iya
kak, aku bakal nganterin dia sampai rumah, bahkan sampai depan pintu kalau
perlu!” kata Dion.
“Huu...
lebay...!” kata Citra Lalu kami semua pun tertawa.
“Ya
udah dech, kita pulang dulu ya?” sambung Citra.
“Iya.”
Jawabku dan kak Alex hampir bersamaan.
(Citra
pun naik ke motor Dion. Suara mereka masih terdengar).
“Pegangan
ya nanti jatuh.” Pinta Dion.
“
Iya ya......emang gue anak kecil apa!” jawab Citra.
(Motor
Dion yang tadinya berjalan perlahan tiba-tiba berhenti mendadak dan membuat
Citra membentur punggung dan helm Dion).
“Aduh....”,
teriak Citra.
“Maaf maaf, sakit ya?” ucap Dion.
“Iiihh...gimana
sich!” kata Citra sambil memukuli Dion.
“Itu
tuh ada yang ngerem mendadak!” jawab Dion membela diri.
“Nggak
usah cari alesan dech, orang nggak ada motor juga di depan, loe sengaja kan?”
kata Citra marah-marah.
(Dion
malah senyum-senyum kegirangan).
“Gue
turun nich.” Ancam Citra.
“Eh jangan jangan!” larang Dion.
“Makanya
hati-hati donk!” kata Citra memperingatkan.
“Iya
dech maaf.” Jawab Dion sembari melaju keluar gerbang.
(Dion
melaju kencang banget sampai membuat Citra ketakutan dan merangkul pinggang
Dion).
“Aaaa.....
Dion..... jangan kenceng-kenceng....!” teriak Citra.
(Lagi-lagi
Dion hanya senyum-senyum dan memperlambat motornya. Aku dan kak Alex tertawa
melihat tingkah laku mereka berdua).
“Lucu
ya kak mereka, kayak anak kecil.” Kataku.
“Iya
dek,” jawab kak Alex.
“Ya
udah yuk pulang,” sambungnya.
(Aku
dan kak Alex pun pulang. Di perjalanan kami tidak berbicara sama sekali, hanya
saling diam. Hingga akhirnya kami sampai dirumahku.)
“Terima
kasih ya kak udah mamu nganterin aku pulang,” ucapku pada kak Alex.
“Iya
dek sama-sama, kakak juga seneng bisa nganterin kamu pulang” kata kak Alex
“Maksud
kakak?” tanyaku bingung.
“Eh
enggak. Ya udah kak balik dulu ya!” kata kak Alex pamit.
“Iya
kak, hati-hati di jalan ya kak!” jawabku.
“Iya,
Assalamualaikum,”ucapnya.
“Waalaikumsalam.”
(Aku
senang sekali hari ini, berkat Citra aku bisa di antar pulang sama kak Alex.
Dia emang the best dech. Saat masuk rumah tiba-tiba aku di kagetkan oleh
kakakku yang muncul dari dapur).
“Siapa
itu Git?” tanya kakakku tersenyum.
“Hah....
kakak nih ngagetin aja. Bukan siapa-siapa kok!” jawabku.
“Pacarmu
ya?” tanyanya lagi.
“Bukian.
Itu kakak kelasku yang namanya kak Alex itu loh!” jawabku.
“Oooo
itu kakak kelas yang sering kamu critain itu tow! Yang kamu taksir itu, iya
kan?” kata kakak.
“Iya
kak, ya udah aku mau masuk dulu capek nih!” jawabku sembari berjalan menuju
kamar.
(Paginya
waktu di sekolah, ketika aku lagi muncul sama temen-temen, Citra ngajakin aku
ke Perpustakaan disana kami membaca materi Fisika & Kimia dan kami meminjam
novel. Saat kami sedang enak-enak membaca tiba-tiba kak Alex masuk dan duduk di
sampingku).
“Dek
aku mau nanya sesuatu sama kamu!” kata kak Alex tiba-tiba.
“Nanya
apa ya kak?” tanyaku penasaran.
“Kamu
jawab jujur ya. Sebenarnya apa kamu suka sama aku?” tanyanya.
“Haahhh....”
aku kaget mendengar pertanyaan kak Alex.
“Kok
malah kaget! Jawab donk dek?” kata kak Alex.
“Maaf
kak aku harus pergi. Ayo Cit...” jawabku.
(Aku
menarik tangan Citra dan mengajaknya keluar. Tapi tiba-tiba kak Alex menarik
tangan Citra yang sebelahnya lagi, jadi kami saling menarik tangan Citra sambil
berdebat).
“Ayo
Cit...” kataku sambil menarik tangan Citra.
“Please...aku
Cuma pengen jawaban dari Gita!” kata kak Alex sambil menarik juga.
“Tolong
kak, lepasin tangan Citra kita harus pergi,” kataku lagi sambil menarik tangan
Citra.
“Enggak
sebelum kamu jawab pernyaan aku!” katanya.
“Ayo
Cit...” kataku sambil menarik sekencang-kencangnya.
“Please...
aku mohon Cit,” katanya lagi.
“Aduuh...
Udah stop” (sambil mengibaskan tangannya), “Kalian nih apa-apaan sich main
tarik-tarik aja, emang kalian kira tangan gue ini mainan apa, sakit tahu nggak.
Udah biar gue yang bicara.” Jawab Citra jengkel.
“Cit
loe mau ngapain?” tanyaku bingung.
“Udah
loe diem aja, loe mau kita di sini terus dan nggak bisa balik?” jawab Citra.
(Aku
hanya diam mendengar ucapan Citra).
“Kakak
ikut aku sekarang,” Citra dan kak Alex masuk lagi ke dalam perpustakaan
sedangkan aku menunggu di luar. Aku tidak tahu apa yang di bicarakan oleh
mereka. Tak lama kemudian Citra keluar dan mengajakku pergi).
“Rom
loe tadi ngomong apa aja sama kak Alex?” tanyaku penasaran.
“Ada
dech, mau tahu aja!” jawab Citra.
“Aaaahhh...
Citra kasih tahu donk!” pintaku.
“Udah,
loe nanti juga bakal tahu!” jawab Citra dengan entengnya.
Kami berdua kambali ke kelas
karena bel sudah berbunyi. Saat waktunya pulang aku ngajak Citra buru-buru
pulang karena aku nggak mau lagi ketemu kak Alex. Aku pulang bersama temanku
dan Citra di jemput sama kakak sepupunya.
Sesampainya dirumah aku masih
saja kebayang kajadian tadi waktu di sekolah. Aku masih penasaran, apa sich
yang diomongin Citra sama kak Alex. Setelah itu aku tidur karena capek banget.
Malamnya aku nggak belajar karena UAS sudah selesai. 1 minggu full kami
menjalani UAS akhirnya selesai dan besok sekolah ngadain class meeting, lega
dech rasanya akhirnya bisa refreshing juga tapi sedih juga sich soalnya kan
nggak bisa deket sama kak Alex & kak Dimas. Oh iya mudah banget ya aku ngelupain
kak Dimas, padahal dulu kan aku suka banget sama dia.
“Uach...
ngantuk banget, tidur ach!” lalu aku tertidur.
Paginya, aku bangun pagi-pagi
banget, soalnya nggak mau telat berangkat ke sekolah, kan sekarang hari pertama
class meeting, harus cari tempat buat nonton. Akhirnya kami mendapat tempat di
bawah pohon.
Saat bel pulang sekolah Citra memintaku
mengantarku ke toilet dan saat itu juga tiba-tiba kak Alex datang
manghampiriku.
“Hai
dek...” sapa kak Alex.
“
Haaa... kak Alex...” kataku kaget dalam hati.
“Kamu
lagi ngapain di sini?” tanya kak Alex.
“Aku
lagi nungguin Citra di toilet. Kakak sendiri ngapain di sini?” kataku.
“Aku
mau ngomong sesuatu sama kamu dek!” jawabnya.
“Ngomong
apaan kak?” tanyaku penasaran.
“Aku
udah dapet jawaban dari pertanyaanku yang kemarin dari Citra, jadi aku udah
tahu semuanya, dan sekarang aku mau bilang ke kamu kalau aku.... kalau aku juga
suka sama kamu, apa kamu juga masih suka sama aku?” jelas kak Alex panjang
lebar.
“Haaahhh.....
Apa kakak bilang? Kakak suka sama aku? Kakak serius?” tanyaku tak percaya.
“
Iya, aku bener-bener serius sayang sama kamu. Aku udah suka sama kamu sebelum
aku kenal sama kamu.” Jawabnya.
“.........”
tak ada jawaban. Aku hanya terdiam.
“Jadi,
apa kamu mau jadi pacar aku?” tanya kak Alex.
“Emmtz...Iya
kak aku mau...” jawabku.
Dikejauhan
aki melihat Dion menghampiri Citra yang ternyata sudah dari keluar dari toilet.
“So
sweet banget sich mereka,” kata Citra.
“Seneng
banget ya bisa ngeliat mereka berdua jadian?” tanya Dion.
(Ternyata
Citra tidak sadar bahwa Dion berada di
sampingnya dari tadi).
“Iya.
Eh loe ngapin loe di sini?” tanya Citra.
“Nemenin
kamu!” jawab Dion.
“Apaan
sich, gue nggak perlu di temenin.” Kata Citra.
(Tiba-tiba
Dion memegang tangan Citra & berkata).
“Cit,
kali ini aku bener-bener ngomong dari lubuk hati aku yang paling dalam. Aku
bener-bener serius suka sama kamu, aku tulus sayang sama kamu, kamu mau kan
trima cinta aku?” jelas Dion.
“Loe
nie apa-apaan sich, malu tahu dilihat orang,” kata Citra.
“Aku
nggak perduli, biar semua orang tahu kalau aku serius sama kamu!” jawab Dion.
(Aku
meminta bantuan anak-anak yang ada di sekitar tempat itu untuk mendukung Dion).
“Trima...Trima...Trima...”
teriak anak-anak itu.
“Ayo
Cit trima aja Dion, dia tulus loh.” Kataku.
“Gimana
Cit? Kamu mau kan trima cinta aku?” tanya Dion.
(Citra
mengangguk pertanda “Iya”).
“Jadi
kamu mau jadi pacar aku!” kata Dion.
“Iya.
Aku juga sayang sama kamu.” Jawab Citra malu-malu.
“Yes-yes-yes,”
kata Dion.
“Ce’elah,
pakek aku kamu segala.” Ledekku.
“Gita...
selamet ya loe udah jadian sama kak Alex, kak Alex selamet juga ya!” kata
Citra.
“Iya.
Selamat juga buat kalian, akhirnya Dion dapet meluluhkan hatinya Citra,”kataku.
(Aku
dan Citra bepelukan, sedangkan Dion & kak Alex hanya tersenyum melihat
kami).
J_SELESAI_J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar