Selasa, 23 September 2014

©_CINTA BERSEMI DI UAS_©




 Minggu ini adalah minggu terakhir kami mendapatkan pelajaran, karena minggu depan kami sudah menghadapi Ujian Akhir Sekolah (UAS). Oh ya aku belum ngenalin diri, nama aku Gita, aku anak kelas X-I, aku punya sahabat namanya Citra, kami sudah sahabat-an lama hamper kemana-pun kami selalu bersama. Pada saat semester  ternyata kami satu kelas dengan kelas XII IPS D, aku senang sekali karena di kelas itu ada cowok yang aku taksir, namanya kak Dimas.
Selang beberapa hari kemudian, malamya aku belajar karena besok akan UAS, dan agar aku dapat mengerjakan ulangan dengan lancer dan mendapat nilai baik. Aku sudah nggak sabar nunggu besok, pengen banget rasanya cepet-cepet satu kelas sama dia, aku sudah ngantuk banget dan aku putuskan untuk tidur.
Paginya aku langsung siap-siap berangkat sekolah. Aku janjian sama Citra diperempatan sekolah buat berangkat bareng. Sampai disekolah aku langsung mencari kelasku dan langsung duduk di depan  kelas lalu belajar pelajaran yang akan diujikan. Aku sedih karena nggak satu kelas sama Citra, tapi sedihku terobati karena aku  satu  kelas sama kak Dimas. Bel berbunyi, aku mencari tempatduduk dan satu bangku dengan anak perempuan yang bernama mbak Rena, padahal aku berharap bisa  satu bangku dengan kak Dimas. Lalu aku melanjutkan mengerjakan ulangan. Setelah semua selesai, kami pun keluar.
Saat istirahat aku pergi ke koperasi bersama teman-temanku, dan saat kembali aku berpapasan dengan kakak kelas yang juga satu rungan denganku. Aku melihatnya sampai terbengong-bengong dan aku sampai berkata dalam hati,”Masyaallah ganteng bangeeettt!”. Aku berhenti di tempat hingga Citra mengagetkanku,
 "Eh Git loe lihatin apaan sich sampek segitunya?”
 “Enggak ada kok,” aku berbohong kepada Citra.
 “ Ooo... ya udah, yuk nanti keburu bel masuk lagi.”
 “Ok…..”
Kami pun duduk didepan kelas sambil memakan cemilan yang kami beli dari koperasi. Bel masuk berbunyi kami langsung masuk ke kelas kami masing-masing dan mulai mengerjakan soal. 2 jam telah berlalu, waktu untuk mengerjakan telah habis, karena hari pertama hanya 2 mata pelajaran jadi kami langsung pulang. Aku pulang bersama Citra, aku menunggunya di depan perpustakaan dan saat itu aku berpapasan lagi dengan kakak kelasku yang tadi. Lalu tiba-tiba Citra mengagetkanku dari dari belakang.
 “Hayo,,, lagi ngapain loe….?”
 “Ah loe nie ngagetin aja.”
 “Lihatin apaan sich serius banget?” kata Citra menggoda.
 “Enggak lihatin apa-apa kok!” jawabku denagn nada gugup.
 “Halah nggak usah bohong , loe lihatin dia kan? Ngaku aja dech!” sambil menunjuk kearah kakak itu.
 “ Apaan sich, enggak kok!”
 “Loe nie pakek bohong segala, gue kan tahu loe kayak apa. Lagian gue tahu siapa dia!”
 “Haaah...... serius loe, siapa siapa?” tanyaku tak sabar.
 “Cieee.... semangat banget sich, ya dech gue kasih tahu. Dia itu namanya Alex Saputra, panggilanyya kak Alex, dia itu tetangga gue lagi.
“Wah serius loe?”
“ Hemmm...tadi aja bilang enggak, mau gue kenalin nggak?”
“Emmt... gimana ya, tapi gue malu!”
“Halah pakek malu segala, gak usah malu lagi, mau nggak?”
Aku nggak jawab karena aku bingung, sebenarnya aku pengen banget kenalan sama dia, tapi disisi lain aku nggak berani dan malu.
Dihari berikutnya, tiba-tiba Citra menarik tanganku dan membawaku menemui kak Alex.
“Kak Alex....” panggil Citra.
“Iya...”.
“Ada yang mau kenalan nie sama kakak”.
“Eh Cit loe apa-apaan sich, loe udah gila ya?” kataku sambil mencubit Citra.
“Aduh, udah diem aja”.
“Siapa Cit?” tanyanya
“Nie kak ada temenku yng mau kenalan sma kakak, boleh kan kak?”
“Boleh aja kok.”
“Kakak dulu dech yang ngomong, soalnya dia agak pemalu.” kata  Citra pada kak Alex agak berbisik.
“Iya dech, hai dek nama kakak Alex, kamu?
“Aku......aku Gita kak”, katku agak gemetar.
“Aduh tangannya dingin banget sich, nggak usah gugup gitu donk dek, biasa aja,,,”
Aku tersenyum malu mendengar kata-kata kak Alex sedangkan Citra tertawa pelan melihatku yang sedang gugup. Tiba-tiba Citra menyambung, “Oh ya kak di nie suk...”,
Aku membungkam mulut Citra dengan tanganku sebelum dia selesai bicara karena aku tahu pasti Citra akn bicara kalau aku suka sama kak Alex, tapi dia masih aja nyerocos.
“Maaf ya kak dia sukanya ngomong yang aneh-aneh, kita pergi dulu ya kak”.
“Iya”.
“Permisi ya kak,” aku pergi sambil tanganku masih membungkam mulut Citra.
Aku membawa Citra ke toilet agar tidak ada orang.
“Eh Cit loe bener-bener udah gila ya?” protesku.
“Loe nie apa-apaan sich, gue nggak bisa nafas tahu”.
“Loe tuh cari perkara duluan”.
“Gue kan cuma ngenalin loe sama dia, eman nggak boleh apa?” tanyanya bingung.
“Bukan itu masalahnya tembem”.
“Enak aja loe ngatain gue temben, imut-imut gini dikatain tembem. Trus apa masalahnya?” sambil memegangi pipinya.
“Loe tadi mau bilang kan kalau gue suka sama dia.”
“Hehehe...Iya, trus kenapa?”
“Udah ah ribet ngomong sama loe! Trus ngapain loe ketawa segala?” tanyaku.
“Hahaha..... habis lucu sich....!”kata Citra.
“Apanya yang lucu, gue udah gemeteran gitu di bilang lucu!” aku pun pergi dan Citra memanggilku tapi tidak aku hiraukan.
“Git Gita, ah loe nie nggak asik!”
Saat pulang sekolah aku masih agak jengkel sama Citra, lalu dia menghampiriku untuk minta maaf.
“Git... maafin gue  donk, gue kan Cuma mau bantuin loe...”
“Tapi nggak gitu juga kan caranya?”
“ Trus gimana donk?” tanya Citra bingung.
“Tau ah, capek gue ngomong sama loe!” kataku sinis.
“Git loe masih marah ya sama gue, jangan marah gitu donk gue kan jadi nggak enak.”
Aku jadi nggak tega lihat Citra kayak gitu, dia kan sahabatku yang paling baik.
“Ya udah dech gue maafin, tapi loe jangan tidur lagi ya.” jawabku dengan nada peringatan.
“Ok Boss.....” jawab Citra semangat.
Saat aku berjalan pulang bersama Citra kami bertemu dengan kak Alex yang sedang duduk di loby sekolah. Kami melewatinya tapi aku bersembunyi di samping Citra karena aku malu dengan peristiwa tadi pagi.Citra menyapanya dan dia tersenyum pada kami,
“Permisi kak....,” aku menarik tangan Citra agar berjalan cepat dan menghindar dari kak Alex. Aku cepat-cepat pulang agar tidak bertemu lagi.
Sampai dirumah aku langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur, capek banget rasanya melewati hari-hari yang penuh dengan ketegangan. Setelah beberapa menit istirahat akhirnya lelahku hilang juga, lalu aku menyalakan laptop warna unguku dan membuka facebook. Sudah 3 hari aku tidak membuka facebookku, setelah aku buka ada banyak permintaan pertemanan , dan setelah aku lihat satu-per satu ternyata ada nama “Alex Saputra”, aku bergumam dalam hati, “Apa ini kak Alex? Dia nge-Add aku? Aduh senangnya. Tapi tunggu ini kok tanggal 16 itu kan kemarin, perasaan aku kenalan sama ka Alex baru tadi pagi dech. Aneh banget!
 Udah ah biarin, yang penting dia kan udah nge-Add aku.” kataku sambil senyum-senyum sendiri.
Keesokan harinya, seperti biasa aku janjian sama Citra buat berangkat bareng. Setiba di sekolah bel masuk langsung berbunyi, beruntung kami tidak terlambat masuk, lalu aku masuk keruanganku dan Citra masuk keruangannya, untung saja tadi malam kami belajar jadi dapat mengerjakan dengan tenang. Tak terasa waktu 2 jam telah usai, akhirnya kami langsung keluar dan menuju ke taman sekaligus untuk belajar. Saat kami duduk dibangku taman, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami dan dia langsung berkata :
“Hai Citra, lagi ngapain?” ternyata dia adalah Dion, anak kelas XI yang menyukai Citra tapi Citra selalu saja cuek.
“Lagi belajar lah,” jawab Citra dengan ketus.
“Oh iya ya,” kata Dion agak garing sambil garuk-garuk kepala.
“Cieee...Dion.... perhatian banget sich sama citra!”kataku menggoda.
“hehehe...” Dion tersenyum agak malu-malu kucing.
“Ya udah Cit, Git aku pergi dulu ya mau gabung sama anak-anak!” kata Dion sembari pergi menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul didepan kelasnya.
“Ya, ” jawab Citra layaknya tak perduli.
“Ok,”  jawabku juga.
Setelah Dion pergi Citra langsung memarahiku.
“Apaan sich loe Git, nggak lucu tahu nggak!” kata Citra protes .
“Loe kok jadi marah-marah gitu sich?”
“Gimana gue nggak marah, loe ngapain tadi ngomong begitu segala?”
“Kenapa sich Cit, Dion kan anaknya baik!” kataku.
“ Tapi gue nggak suka sama dia!”
“Lagian kayaknya dia juga tulus suka sama loe.”
“Udah ah terserah loe mau bilang apa,” jawab Citra.
“ Jangan gitu donk, ya udah dech gue minta maaf  ya?”
“He’em,” jawab Citra sambil melanjutkan membaca.
”Eh Cit ada yang mau gue tanyain nie sama loe!” kataku.
“Nanya apa?” tanya Citra.
“Soal ka Alex, kemarin kan loe bilang nama kak Alex itu Alex Saputra kan?” kataku.
“Iya, emang  kenapa?” tanya Citra lagi.
“Kemarin gue buka facebook gue, trus ada yang nge-Add gue namanya Alex Sputra, apa itu kak Alex?” tanyaku penasaran.
“Kemungkinan besar sich itu emang kak Alex, Soalnya lusa waktu loe belum kenalan sama dia, dia sempet nanya nama loe ke gue!”
“Nanya nama gue? Buat apaan?” tanyaku penasaran.
“ Ya, mana gue tahu! Orang gue nggak nanya, dia suka sama loe kali!” Jawab Citra.
“Hahh..ada-ada aja sich loe, tapi kalau emang beneran sich nggak apa-apa! Ya udah dech semoga aja itu bener-bener dia!” kataku.
Setalah beberapa menit bel pun berbunyi, saatnya berfikir kembali untuk mengerjakan ulangan. Didalam kelas kak Alex sering sekali melirikku dan terkadang dia tersenyum kecil padaku. Aku sempat salah tingkah lalu ku usahakan diriku untuk tenang. Setelah bel tanda selesai berbunyi, kami langsung mengumpulkan ulangan dan keluar dari ruangan. Aku dan Citra langsung menuju ke taman dan duduk di bangku taman. Ketika kami sedang asyik membaca kami melihat Dion dan teman-temannya sedang bersama Vita. Aku berkata pada Citra :
“Eh Cit itu kan Dion, kok sama Vita!”
“Kenapa hati gue sakit ya ngelihat mereka berdua, apa gue...? Enggak, gue kan nggak suka sama Dion!” kata Citra dalam hati.
“Woy Cit loe kenapa? Loe cemburu ya ngelihat mereka berdua? kataku menggoda.
“Haaaa.... cemburu,  loe bercanda apa,  ya enggaklah! Udah-udah nggak usah di bahas lagi.” lalu kami melanjutkan membaca sampai bel masuk berbunyi, dan seperti biasa kita masuk ke kelas masing-masing.
Setelah selesai mengerjakan, guru penjaga/pengawas meminta kami membantu mengoreksi/memeriksa hasil ulangan kelas lain. Kami masing-masing mengambil lembar jawanban yang akn dikoreksi dimeja guru lalu kembali duduk. Aku melihat kak Alex sedang berbicara dengan mbak Rena dan tiba-tiba kak Alex duduk di sampingku, aku kaget setengah mati, dan dia berbicara :
“Hai dek....!” sapanya terlebih dahulu.
“Hai kak...!” sapaku juga.
“Kakak udah nge-Add facebook kamu kan?”tanya kak Alex.
“Iya kak, udah!” jawabku.
“Terima kasih ya udah di konfir!”katanya lagi.
“Iya kak sama-sama.” jawabku dengan tenang. Lalu aku melanjutkan mengoreksi.
Setelah selesai, aku keluar dan melihat Dion menghampiri Citra yang sedang duduk di taman menungguku, aku membiarkannya dan menunggu di depan kelas.
“Hai Cit...” sapa Dion.
Citra tidak menghiraukannya dan langsung pergi meninggalkan Dion, tapi Dion mengejar dan mencegahnya pergi.
“Citra tunggu, kenapa sich kamu jutek sama aku?” tanya Dion.
“........” tak ada jawban dari Citra.
“Kok kamu diem aja, jawad donk Cit?” tanya Dion lagi.
“Gue nggak suka sama loe, trus kenapa? Lagian gue juga nggak mau di sebut sebagai pengganggu!” jawab Citra pelan.
“Pengganggu? Pengganggu apa maksud kamu?” tanya Dion bingung.
“Loe kan lagi deket sama Vita, dia juga suka banget sama loe, jadi ya gue nggak mau ganggu hubungan kalian berdua!” jawa Citra.
“Ooo... jadi kamu cemburu?” kata Dion GR.
“Idih GR banget, ngapain gue cemburu sama loe, gue nggak mau aja di bilang pengganggu hubungan orang!”
“Ya Ampun Citra, Oke Vita emang suka sama aku, tapi ap aku juga harus suka sama dia? Enggak kan? Toh aku sukanya kan sama kamu!” kata Dion menjelaskan pada Citra.
“...........” Citra terdiam mendengar perkataan Dion.
“Kok kamu diem aja? Gimana?” tanya Dion.
“Udah ah gue pusing, mau pulang!” jawab Citra.
“Mau aku anter?” kata Dion menawarkan.
“Nggak usah, makasih.” Jawab Citra sinis.
Citra pergi  dan menarik tangnku untuk pulang, tapi Dion tetap berbicara sambil berteriak sampi[ai muri-murid yang ada di sekitar situ melihatnya semua.
“Cit, aku akan tetep nunggu kmu sampi kamu sipa nerima aku, sampai apan pun!” ucap Dion
“Udah gila kali tu anak!” gerutu Citra sambil menutup telingannya.
Sampai di luar kami berpisah, karena kami tidak membawa motor, dan aku pulang membonceng tetanggaku sedangkan Citra jalan kaki, kasihan banget aku lihat dia jalan kaki sendirian lagi. Di perempatan aku melihat kak Alex boncengan sama cewek, dan setelah aku lihat ternyata cewek itu adalah Citra.
“Apa gue  nggak salah lihat, cewek itu Citra? Tega banget sich dia sama aku!” kataku dalam hati.
Di rumah aku masih inget kejadian tadi, bahkan aku sampai netesin air mata, nggak nyangka aja mereka setega itu sama aku. Kemudian aku tidur karena nggak mau sedih terus.
Pagi harinya kau terbangun oleh jam wekerku yang sudah berbunyi. Aku sengaja berangkat sekolah agak siang agar nggak bareng sama Citra. Sampai di sekolah Citra menghampiriku.
“Gita loe kemana aja sich gue tunggu dari tadi, gue kira nggak masuk!” kata Citra.
Aku nggak menghiraukan Citra dan aku jalan terus kemudian duduk di sebelah Afi.
“Tuh anak kenapa sich, nggak biasanya dia kayak gitu.” kata  Citra.
Bel masuk berbunyi, aku langsung masuk ke kelas tanpa menghiraukan Citra. Saat mengerjakan entah kenapa aku jadi nggak konsen ngerjain ulangan dan jadi kebingungan sendiri, padahal ini kan pelajaran Penjaskes/Olahraga dan menurutku pelajaran ini tidak begitu sulit, mungkin karena kepikiran kak Alex so’al yng kemarin.
 3 hari kemudian, aku melihat Citra yang berjalan menghampiriku.
“Gita, gue mau ngomong sama loe!” ucap Citra.
“Ngomong apaan?” tanyaku.
“Kenapa sich loe tiba-tiba jadi jutek gitu sama gue?” kata Citra.
“Nggak ada apa-apa!” jawabku sambil membaca buku.
“Serius?”  tanya Citra.
“Iya,” jwabku lagi.
“Ooo ya udah, Oh iya Git gue mau bilang sesuatu sama loe!”
“Apa?”
“Gue kamarin kan pulang bareng kak Alex, trus dia ngajak gue pulang bareng selama gue nggak bawa motor, soalnya rumah gue kan deket sama rumah kak Alex, boleh kan Git?” jelas Citra.
“Oh jadi itu alasan Citra pulang sama kak Alex. Ya Allah aku udah salah sangka sama mereka!” kataku dalam hati.
“Git kok loe diem aja, loe marah ya?” kata Citra.
“Nggak apa-apa kok, maaf ya gue udah salah fahm sama loe!” kataku sambil menutup buku yang aku baca.
“Tunggu tunggu, maksud loe?” Citra berfikir sejenak lalu berkata lgi.
“Oh gue ngerti, jdi loe tadi cuek sama gue gara-gara itu?” kata Citra.
Aku mengangguk dengan ragu.
“Ya udah nggak apa-apa, gue ngerti kok, yang penting mulai sekarang kita harus saling jujur dan yang paling penting harus saling percaya. Oke?” ucap Citra.
Aku mengangguk tanda mengerti sambil tersenyum pada Citra.
“Oh ya Cit kayaknya nanti gue pulang sendiri dech, soalnya  tetangga gue mau jenguk temennya yang lagi sakit.” Jelasku.
“Emm.... ya udah nanti gue cariin temen buat pulang bareng.” Jabwab Citra.
“Siapa?” tanyaku.
“Belum tahu sich!” jawab Citra lagi.
Saat istirahat jam kedua, aku melihat Dion bersama Citra dan aku membiarkan mereka berdua di taman.
“Hai Cit..., Udah tenang aja aku nggak akan ngungkit hal itu lagi kok!” jawab Dion.
“Trus loe ngapain kesini?” tanya Citra.
“Aku Cuma pengen deket aja sama kamu!” jawab Dion.
“Ada-ada aja dech.” kata citra jengkel.
“Oh iya Cit, aku lihat kamu nggak bawa motor ya? Aku boleh nggak nganterin kamu pulang?” pinta Dion.
“Nganter pulang?” tanya Citra agk ragu.
“Iya, nganter pulang!” jelas Dion.
Citra berfikir sejenak.
“Emmt... boleh dech, tapi beneran loe ya jangan bohong!” kata Citra.
“Beneran nie? Yes..yes..yes..” tanya Dion tak percaya lalu melompat kegirangan.
“Loe malu-maluin aja, apa loe mau gue berubah pikiran?” kata Citra.
“Eh enggak enggak ...! jawab Dion.
“Ya udah nanti gue tunggu di parkiran, jangan lama-lama!” kata Citra.
“Oke tuan putri, ya udah aku balik ke kelas dulu ya!” kata Dion.
“Tuan putri? Ada-ada aja dech tuh anak!” kataku sambil tersenyum.
Setelah bel pulang berbunyi, Citra langsung mangajakku menuju parkiran. Beberapa menit kemudian Dion datang.
“Lama banget sich?” protes Citra.
“Maaf, baru keluar! Yuk...!” ajak Dion.
“Loh mau kemana?”tanyaku penasaran.
“Mau nganterin Citra pulang!” jawab Dion.
“Ooo... jadi kalian berdua pulang bareng? Jangan-jangan udah jadian ya!” tanyaku menggoda.
“Eh eh nggak, kata siapa, jangan ngarang dech!” jawab Citra,
“Oh kirain!” kataku.
“Itu dia kak Alex, tunggu bentar ya!” kata Citra pada Dion.
“Ya udah aku ambil motor dulu ya.” Kata Dion.
“Ayo Git loe ikut gue!” ucap Citra sambil menarik tanganku.
“Kak Alex...” teriak Citra memanggil kak Alex.
“Eh Citra, pulang yuk.” Kata kak Alex.
“Kak aku boleh minta tolong nggak?” tanya Citra.
“Minta tolong apa?”
“Kakak mau nggak nganterin Gita pulang, kasihan kak dia pulang sendiri!” jelas Citra.
“Nggak usah nggak usah, nggak apa-apa kok gue pulang sendiri!” tolakku.
“Udah nggak apa-apa.”
“La terus kamu pulang sama siapa, kan kamu juga jalan kaki sendiri?” tanya kak Alex.
“Tenang aja, aku pulang sama..tuh.....!” kata Citra sambil menunjuk ke arah Dion yang mengendarai motor menuju ke arah mereka.
“Sama Dion?” tanya kak Alex.
“Iya.” Jawab Citra.
“Kalian berdua udah jadian ya?” tanya kak Alex terkejut.
“Heh...enggak enggak....kok semuanya pada ngirain kita jadian sich?” protes Citra.
“Habis cocok sich, ya kan kak!” kataku menggoda.
“Iya, kamu bener.” Jawab kak Alex.
“Ini lagi, bukannnya bantuin malah senyum-senyum nggak jelas!” protes Citra pada Dion yang dari tadi hanya senyum-senyum kegirangan.
“Kalo Dion mah nggak akan protes, dia malah kesenengan di bilang gitu, itu kan memang harapannya dari dulu dulu, ya nggak?” kata Gita sambil melirik kearah Dion.
“Udah udah, mau nggak kak?” tanya Citra.
“Iya kak anterin, tapi beneran loh ya  kamu pulang sama Dion?” tegas kak Alex.
“Iya kak, kalau nggak percaya tanya aja sama anaknya?”
“Iya kak, aku bakal nganterin dia sampai rumah, bahkan sampai depan pintu kalau perlu!” kata Dion.
“Huu... lebay...!” kata Citra Lalu kami semua pun tertawa.
“Ya udah dech, kita pulang dulu ya?” sambung Citra.
“Iya.” Jawabku dan kak Alex hampir bersamaan.
(Citra pun naik ke motor Dion. Suara mereka masih terdengar).
“Pegangan ya nanti jatuh.” Pinta Dion.
“ Iya ya......emang gue anak kecil apa!” jawab Citra.
(Motor Dion yang tadinya berjalan perlahan tiba-tiba berhenti mendadak dan membuat Citra membentur punggung dan helm Dion).
“Aduh....”, teriak Citra.
“Maaf  maaf, sakit ya?” ucap Dion.
“Iiihh...gimana sich!” kata Citra sambil memukuli Dion.
“Itu tuh ada yang ngerem mendadak!” jawab Dion membela diri.
“Nggak usah cari alesan dech, orang nggak ada motor juga di depan, loe sengaja kan?” kata Citra marah-marah.
(Dion malah senyum-senyum  kegirangan).
“Gue turun nich.” Ancam Citra.
“Eh  jangan jangan!” larang Dion.
“Makanya hati-hati donk!” kata Citra memperingatkan.
“Iya dech maaf.” Jawab Dion sembari melaju keluar gerbang.
(Dion melaju kencang banget sampai membuat Citra ketakutan dan merangkul pinggang Dion).
“Aaaa..... Dion..... jangan kenceng-kenceng....!” teriak Citra.
(Lagi-lagi Dion hanya senyum-senyum dan memperlambat motornya. Aku dan kak Alex tertawa melihat tingkah laku mereka berdua).
“Lucu ya kak mereka, kayak anak kecil.” Kataku.
“Iya dek,” jawab kak Alex.
“Ya udah yuk pulang,” sambungnya.
(Aku dan kak Alex pun pulang. Di perjalanan kami tidak berbicara sama sekali, hanya saling diam. Hingga akhirnya kami sampai dirumahku.)
“Terima kasih ya kak udah mamu nganterin aku pulang,” ucapku pada kak Alex.
“Iya dek sama-sama, kakak juga seneng bisa nganterin kamu pulang” kata kak Alex
“Maksud kakak?” tanyaku bingung.
“Eh enggak. Ya udah kak balik dulu ya!” kata kak Alex pamit.
“Iya kak, hati-hati di jalan ya kak!” jawabku.
“Iya, Assalamualaikum,”ucapnya.
“Waalaikumsalam.”
(Aku senang sekali hari ini, berkat Citra aku bisa di antar pulang sama kak Alex. Dia emang the best dech. Saat masuk rumah tiba-tiba aku di kagetkan oleh kakakku yang muncul dari dapur).
“Siapa itu Git?” tanya kakakku tersenyum.
“Hah.... kakak nih ngagetin aja. Bukan siapa-siapa kok!” jawabku.
“Pacarmu ya?” tanyanya lagi.
“Bukian. Itu kakak kelasku yang namanya kak Alex itu loh!” jawabku.
“Oooo itu kakak kelas yang sering kamu critain itu tow! Yang kamu taksir itu, iya kan?” kata kakak.
“Iya kak, ya udah aku mau masuk dulu capek nih!” jawabku sembari berjalan menuju kamar.
(Paginya waktu di sekolah, ketika aku lagi muncul sama temen-temen, Citra ngajakin aku ke Perpustakaan disana kami membaca materi Fisika & Kimia dan kami meminjam novel. Saat kami sedang enak-enak membaca tiba-tiba kak Alex masuk dan duduk di sampingku).
“Dek aku mau nanya sesuatu sama kamu!” kata kak Alex tiba-tiba.
“Nanya apa ya kak?” tanyaku penasaran.
“Kamu jawab jujur ya. Sebenarnya apa kamu suka sama aku?” tanyanya.
“Haahhh....” aku kaget mendengar pertanyaan kak Alex.
“Kok malah kaget! Jawab donk dek?” kata kak Alex.
“Maaf kak aku harus pergi. Ayo Cit...” jawabku.
(Aku menarik tangan Citra dan mengajaknya keluar. Tapi tiba-tiba kak Alex menarik tangan Citra yang sebelahnya lagi, jadi kami saling menarik tangan Citra sambil berdebat).
“Ayo Cit...” kataku sambil menarik tangan Citra.
“Please...aku Cuma pengen jawaban dari Gita!” kata kak Alex sambil menarik juga.
“Tolong kak, lepasin tangan Citra kita harus pergi,” kataku lagi sambil menarik tangan Citra.
“Enggak sebelum kamu jawab pernyaan aku!” katanya.
“Ayo Cit...” kataku sambil menarik sekencang-kencangnya.
“Please... aku mohon Cit,” katanya lagi.
“Aduuh... Udah stop” (sambil mengibaskan tangannya), “Kalian nih apa-apaan sich main tarik-tarik aja, emang kalian kira tangan gue ini mainan apa, sakit tahu nggak. Udah biar gue yang bicara.” Jawab Citra jengkel.
“Cit loe mau ngapain?” tanyaku bingung.
“Udah loe diem aja, loe mau kita di sini terus dan nggak bisa balik?” jawab Citra.
(Aku hanya diam mendengar ucapan Citra).
“Kakak ikut aku sekarang,” Citra dan kak Alex masuk lagi ke dalam perpustakaan sedangkan aku menunggu di luar. Aku tidak tahu apa yang di bicarakan oleh mereka. Tak lama kemudian Citra keluar dan mengajakku pergi).
“Rom loe tadi ngomong apa aja sama kak Alex?” tanyaku penasaran.
“Ada dech, mau tahu aja!” jawab Citra.
“Aaaahhh... Citra kasih tahu donk!” pintaku.
“Udah, loe nanti juga bakal tahu!” jawab Citra dengan entengnya.
Kami berdua kambali ke kelas karena bel sudah berbunyi. Saat waktunya pulang aku ngajak Citra buru-buru pulang karena aku nggak mau lagi ketemu kak Alex. Aku pulang bersama temanku dan Citra di jemput sama kakak sepupunya.
Sesampainya dirumah aku masih saja kebayang kajadian tadi waktu di sekolah. Aku masih penasaran, apa sich yang diomongin Citra sama kak Alex. Setelah itu aku tidur karena capek banget. Malamnya aku nggak belajar karena UAS sudah selesai. 1 minggu full kami menjalani UAS akhirnya selesai dan besok sekolah ngadain class meeting, lega dech rasanya akhirnya bisa refreshing juga tapi sedih juga sich soalnya kan nggak bisa deket sama kak Alex & kak Dimas. Oh iya mudah banget ya aku ngelupain kak Dimas, padahal dulu kan aku suka banget sama dia.
“Uach... ngantuk banget, tidur ach!” lalu aku tertidur.
Paginya, aku bangun pagi-pagi banget, soalnya nggak mau telat berangkat ke sekolah, kan sekarang hari pertama class meeting, harus cari tempat buat nonton. Akhirnya kami mendapat tempat di bawah pohon.
 Saat bel pulang sekolah Citra memintaku mengantarku ke toilet dan saat itu juga tiba-tiba kak Alex datang manghampiriku.
“Hai dek...” sapa kak Alex.
“ Haaa... kak Alex...” kataku kaget dalam hati.
“Kamu lagi ngapain di sini?” tanya kak Alex.
“Aku lagi nungguin Citra di toilet. Kakak sendiri ngapain di sini?” kataku.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu dek!” jawabnya.
“Ngomong apaan kak?” tanyaku penasaran.
“Aku udah dapet jawaban dari pertanyaanku yang kemarin dari Citra, jadi aku udah tahu semuanya, dan sekarang aku mau bilang ke kamu kalau aku.... kalau aku juga suka sama kamu, apa kamu juga masih suka sama aku?” jelas kak Alex panjang lebar.
“Haaahhh..... Apa kakak bilang? Kakak suka sama aku? Kakak serius?” tanyaku tak percaya.
“ Iya, aku bener-bener serius sayang sama kamu. Aku udah suka sama kamu sebelum aku kenal sama kamu.” Jawabnya.
“.........” tak ada jawaban. Aku hanya terdiam.
“Jadi, apa kamu mau jadi pacar aku?” tanya kak Alex.
“Emmtz...Iya kak aku mau...” jawabku.
Dikejauhan aki melihat Dion menghampiri Citra yang ternyata sudah dari  keluar dari toilet.
“So sweet banget sich mereka,” kata Citra.
“Seneng banget ya bisa ngeliat mereka berdua jadian?” tanya Dion.
(Ternyata Citra tidak sadar  bahwa Dion berada di sampingnya dari tadi).
“Iya. Eh loe ngapin loe di sini?” tanya Citra.
“Nemenin kamu!” jawab Dion.
“Apaan sich, gue nggak perlu di temenin.” Kata Citra.
(Tiba-tiba Dion memegang tangan Citra & berkata).
“Cit, kali ini aku bener-bener ngomong dari lubuk hati aku yang paling dalam. Aku bener-bener serius suka sama kamu, aku tulus sayang sama kamu, kamu mau kan trima cinta aku?” jelas Dion.
“Loe nie apa-apaan sich, malu tahu dilihat orang,” kata Citra.
“Aku nggak perduli, biar semua orang tahu kalau aku serius sama kamu!” jawab Dion.
(Aku meminta bantuan anak-anak yang ada di sekitar tempat itu untuk mendukung Dion).
“Trima...Trima...Trima...” teriak anak-anak itu.
“Ayo Cit trima aja Dion, dia tulus loh.” Kataku.
“Gimana Cit? Kamu mau kan trima cinta aku?” tanya Dion.
(Citra mengangguk pertanda “Iya”).
“Jadi kamu mau jadi pacar aku!” kata Dion.
“Iya. Aku juga sayang sama kamu.” Jawab Citra malu-malu.
“Yes-yes-yes,” kata Dion.
“Ce’elah, pakek aku kamu segala.” Ledekku.
“Gita... selamet ya loe udah jadian sama kak Alex, kak Alex selamet juga ya!” kata Citra.
“Iya. Selamat juga buat kalian, akhirnya Dion dapet meluluhkan hatinya Citra,”kataku.
(Aku dan Citra bepelukan, sedangkan Dion & kak Alex hanya tersenyum melihat kami).

J_SELESAI_J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar